25 Oktober 2011

Penentu kualitas operator

operator,mobile phone,handphone,provider,jaringan

Beberapa hari yang lalu seorang teman di akun facebook saya menulis sebuah status yang berbunyi: "Komunikasi terhambat, jaringan provider makin ngaco ajah, kualitas kacangan, udah nggak bermutu kaya dulu, menjengkelkan..!"

Status yang bernada jengkel dan kesal serta melambangkan ketidakpuasaan itu menggelitik pertanyaan di benak saya, sudah sedemikian tidak berdayakah konsumen telekomunikasi di Indonesia yang notabene dilayani oleh operator (provider jaringan)?


Tentunya saya haqul yaqin jika bukan hanya teman yang menulis status itu saja yang mulai frustasi dengan layanan koneksi telekomunikasi dan internet di Indonesia, saya jujur juga pernah merasakannya (bahkan sering) dan saya yaqin bahwa anda juga pasti pernah mengalaminya, sudah membayar cukup mahal karena terpengaruh janji dan iklan menyesatkan, eh malah harus kembali dibuat kecewa karena apa yang diterima tidak sesuai dengan harapan

siapa berkuasa?

Pertanyaan besarnya kini, siapakah yang (paling) berkuasa dalam dunia telekomunikasi dan arus Informasi yang semakin menjadi kebutuhan primer masyarakat kita terutama di kota besar yang memiliki mobilitas tinggi?

tentu jika pertanyaan itu ditanyakan kepihak operator, jawabannya sudah bisa ditebak, begini lebih kurang jawabannya: "konsumen adalah raja dan penentu nasib serta kebijakan kami" atau "kebutuhan konsumen adalah no satu bagi kami" atau bisa juga "apapun operatornya, konsumen penguasanya".

Pernyataan-pernyataan bernada marketing itu tentu sangat melegakan dan membesarkan hati konsumen, tapi apa memang seperti itu keadaannya? entahlah.... saya tidak memiliki data empiris yang mendukung hipotesis saya jika porsi perebutan kekuasaan layanan antara konsumen dan operator masih dikuasai oleh pihak operator

Tetapi, saya berani menyatakan, berdasarkan observasi saya di perbincangan kehidupan sehari-hari dan pengamatan via media sosial, tidak sedikit yang hanya bisa mengeluh dan berteriak di akun FB atau twitter mengenai ketidakpuasan dirinya terhadap operator selularnya

Bahkan, ada beberapa kasus yang lebih parah, ketika mengadukan hal itu kepada pihak customer care, malah digantung dengan janji (lagi) jika keluhan akan segera disampaikan dan mereka berjanji akan memperbaiki kualitas layanan, atau dengan memberikan alasan tidak masuk akal, jika koneksi sedang padat dan alasan-alasan teknis lainnya

Hanya bisa perang iklan
inilah yang menjadi alasan bagi saya mengatakan jika alasan teknis seperti koneksi sedang padat atau daerah belum tercover oleh layanan yang memadai adalah hanya alasan yang dibuat-buat dan cenderung tidak jujur, kenapa? karena bisa kita lihat iklan mereka yang bombastis menjamin sinyal kuat, komunikasi lancar 24 jam, coverage layanan dari sabang sampai merauke dan lain-lain

Padahal, menurut saya dibandingkan hanya perang iklan, lebih baik pihak operator berkonsentrasi dalam mengembangkan dan memperbaiki layanan mereka, buatlah sebuah departemen riset khusus untuk mengembangkan jaringan yang lebih cepat dan murah, jangan hanya menunggu dan mengadopsi teknologi dari luar saja.

Tentu saya yaqin, masalah dana untuk mengembangkan teknologi dalam rangka memperbaiki layanan itu bukanlah sebuah masalah bagi mereka, karena kini belanja pulsa seluler telah menjadi belanja terbesar kedua setelah rokok yang dilakukan oleh masyarakat indonesia.

Saatnya konsumen mengambil alih


selular,indosat,telkomsel,three,smartfren,esia,xl,operator

Kita semua sepakat tentunya jika sebagai konsumen kita harus mengambil alih tampuk kekuasaan yang dikudeta oleh operator, caranya adalah dengan memberikan penilaian jujur dan menyebarkan penilaian tersebut secara MLM (Mulut Lewat Mulut), maksudnya adalah ketika anda puas dengan layanan dari operator yang anda miliki, anda bisa membagi pengalaman anda kepada orang lain, jadi bukan hanya pengalaman buruk saja yang anda share dan keluhkan kepada orang lain mengenai sebuah operator, kepuasan anda juga sepatutnya anda ceritakan.

apabila hal ini berjalan tentunya operator tidak perlu repot2 lagi membuang anggarannya dengan membuat iklan-iklan sampah dengan janji palsu seperti sekarang ini, mereka harus membayar "iklan gratis" yang dilakukan secara sukarela oleh anda dengan cara meningkatkan kualitas layanan yang mereka miliki

Juga, anda tidak perlu ragu untuk meninggalkan sebuah operator yang tidak memuaskan tersebut dan beralih ke operator lainnya, jangan hanya pasrah dan berharap operator tsb akan memperbaiki dirinya sendiri dengan sukarela.

Dengan begitu saya yaqin, operator akan lebih menghargai konsumen dan menganggap konsumen tidak lagi sebagai objek, namun lebih kepada subjek yang pantas dilayani dengan baik dan memang menjadi faktor determinan yang dominan.

2 komentar:

 

lafalofe Copyright © 2011 | Template design by O Pregador | Powered by Blogger Templates