Artikel ini saya dedikasikan untuk para relawan merapi yang tanpa lelah, tanpa pamrih, tanpa motif popularitas, bahkan tanpa ragu pertaruhkan nyawa mereka tetap berjuang untuk melayani korban Letusan gunung merapi
Malam telah Larut, Pagi belum juga bersambut, Waktu masih rawan akan hadirnya kembali letusan, Para pengungsi telah lelap dengan mimpi-mimpi mereka yang mungkin sebagian besar mimpi itu adalah merapi meredakan letusannya, namun engkau lihat, kawan, para Relawan masih tetap terjaga, berjaga untuk mereka, berjaga untuk turun tangan saat kemungkinan-kemungkinan yang kurang menyenangkan menjadi kenyataan.
Saat kembali terjadi letusan dan saat keringat mereka dibutuhkan, mereka siap dalam berbagai keadaan, rasa takut dan khawatir mereka kesampingkan, dengan fasilitas dan peralatan seadanya yang diberikan mereka mendaki mendekati puncak menuju daerah yang tersapu oleh bebatuan,awan panas, dan material vulkanik lain yang keluar dari kawah merapi, untuk satu tujuan: menyelamatkan korban, tak peduli para korban itu masih hidup atau meninggal.Mereka mendaki tanpa kepastian apakah yang akan mereka jemput itu kehidupan atau kematian, mereka sadar seluruh tanggung jawab yang diberikan kepada mereka masih pada titik rawan, tidak ada kepastian, mereka hanya digerakkan oleh keberanian dan kerelaan
Benar saja kawan, pada senin yang lalu, di koran tempo edisi tanggal 8-nov-2010, saya membaca di halaman A2 jika ada diantara Relawan yang teridentifikasi menjadi korban gugur di terpa keganasan awan panas (Wedhus Gembel) Gunung Merapi, mereka gugur justru saat ingin menyelamatkan korban di titik paling Rawan tersapu keganasan merapi, Para Relawan yang menjadi korban itu bernama Slamet Ngatiran, Ariyanto B., dan Samiyo seluruhnya berasal dari Tim Siaga Bencana(Tagana), mereka ditemukan tak bernyawa di Glangaharjo, Kecamatan Cangkringan
Tentunya, selain dari tiga relawan yang menjadi korban diatas, masih banyak lagi para Relawan yang pertaruhkan segalanya demi performa sebaik mungkin untuk melayani para korban keganasan merapi, dan pastinya tidak hanya di merapi, seluruh relawan di kerawanan yang berada di lokasi lain juga pantas disebut pahlawan, karena mereka berjuang untuk para korban, tanpa harus memikirkan dan menghawatirkan apakah diri mereka akan menjadi korban selanjutnya atau tidak. Bravo untuk Para Pahlawan di kerawanan !
Kepahlawanan mereka patut diapresiasi. Kita doakan semoga niat ikhlas mereka mendapatkan ridha dan pahala besar dari Allah SWT. Menginspirasi kita juga.
BalasHapusSalam ukhuwah
Pahalawan tanpa tanda jasa tuh
BalasHapusPahlawan PANAS
BalasHapus:D
Semoga dapat limpahan rahmat dari Tuhan yang maha kuasa
@all: benar mereka adalah pelita ditengah debu bencana, salut dan angkat topi untuk mereka semua :)
BalasHapusTerimakasih atas apresiasi dan dukungan lafalofe dan teman2. Apa yang kami lakukan, saya yakin, pastilah akan anda lakukan manakala hal itu terjadi di wilayah anda. Dengan demikian, berpredikat "pahlawan" rasanya terlalu tinggi. Kami hanya berharap keikhlasan do'a anda sekalian setiap saat agar semua ini segera berakhir dan tidak lagi jatuh korban jiwa. Kita do'akan juga saudara2 kita di Mentawai agar diberi kesabaran dlm menghadapi ujian dari Alah SWT.
BalasHapusSalam kami,
Relawan Merapi
Anonim(relawan merapi): terimakasih atas kesediannya membaca dan mengapresiasi artikel saya, sungguh suatu kehormatan jika tokoh yang dibicarakan pada artikel ini benar-benar hadir disini :) do'a dan permohonan akan selalu kami panjatkan kepada Tuhan, agar para korban dan relawan-relawan di daerah bencana senantiasa dalam lindunganNya :)
BalasHapus